"Selamat Datang Di Blog KOMPAKS, Blognya Cah-Cah Pekalongan Di Mesir"

Idul Adha dan Solusi Bencana

Posted by KOMPAKS Wednesday, November 9, 2011

Oleh: Muhammad Amrullah 
(Anggota Kompaks yang berstatus mahasiswa Univ. Al-Azhar Cairo Fak. Ushuluddin) 

Bencana, ketika kata itu terucap, seketika yang terlintas dalam pikiran kebanyakan orang adalah sunami, gunung meletus, kebakaran, dan bencana alam lainnya. Tapi bagi saya, bencana berdimensi lebih luas dari itu. Maraknya pejabat menjadi pencopet, hilangnya kepercayaan rakyat terhadap pemimpinnya juga bencana berbahaya. Dan bencana semacam ini saya sebut sebagai bencana global. Sebab, jika bencana alam mampu meluluh lantakan bangunan infrastruktur dan daerah tertentu, maka bencana global mampu meluluh lantakan bangsa dan negara. Dan Indonesia adalah yang sedang diuji dengan bencana tersebut.

Namun Tuhan sangat bijaksana. Di kala Dia menguji manusia, ternyata Dia juga menyertakan solusi untuk menghadapinya. Cuma solusi tersebut memang tak mudah terbaca kecuali bagi mereka yang mau melakukan kontemplasi dalam firman-firma-Nya. Dan, ternyata ‘Idul Adha adalah salah satu solusi yang ditawarkan Tuhan tersebut. Lantas, bagaimana ‘Idul Adha bisa menjadi solusi menghindarkan bencana? Logika semacam apa yang melandasinya?

Saya akan mencoba memetakannya. Di antara ritual di Hari Raya ‘Idul Adha adalah shalat ‘Id dan menyembelih hewan kurban. Ritual tersebut berlandaskan firman Allah yang artinya :
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah” (QS. Al Kautsar : 1-2)

Menurut ulama, yang dimaksud dengan shalat dalam ayat ini adalah shalat ’Idul Adha, sedang yang dimaksud dengan berkurban adalah menyembelih hewan kurban. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh syaikh Ibrahim al-Bajuri (w. 1276 H) dalam kitab Hasyiyah al-Bajuri-nya ketika menafsirkan ayat tersebut.


Shalat ’Idul Adha yang dikerjakan dua rakaat ini menurut mayoritas ulama madzhab Syafi’iyah dan Malikiyah adalah sunnnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan). Sedang menurut madzhab Hanabilah hukumnya wajib kifayah, sehingga bila tak ada seorang pun dalam suatu daerah yang menjalankanya maka seluruhnya berdosa. Bahkan menurut madzhab Hanafiyah hukumnya wajib ain seperti halnya shalat lima waktu.


‘Idul Adha Hindarkan Bencana

Salah satu intisari dari pelaksanaan shalat 'Idul Adhha dan berkurban adalah mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada umat manusia. Hal ini bisa kita pahami dari surah Al-Kautsar di atas. Logikanya, sebelum Allah memerintahkan untuk melakukan shalat ‘Idul Adha dan berkurban terlebih dahulu Allah kabarkan kepada nabi Muhammad Saw. bahwa Allah telah memberikan nikmat yang banyak kepadanya. Sehingga perintah untuk melaksanakan shalat ‘Idul Adha dan berkurban, setelah mengabarkan pemberian nikmat terlebih dahulu, sejatinya adalah perintah untuk bersyukur yang dimanifestasikan dalam bentuk shalat dan berkurban. Pada ayat di atas secara implisit, seolah Tuhan hendak mengatakan :

“Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak kepadamu, maka hendaklah kamu bersyukur.”

Menurut imam Fakhruddin al-Razi, untuk menyampaikan perintah bersyukur, Allah lebih memilih redaksi "fashalli (maka salatlah)” ketimbang langsung mengatakan "fasykur (maka bersyukurlah)” karena cakupan shalat lebih luas dan lebih dalam dari pada sekedar bersyukur, karena ketiga rukun syukur, yaitu syukur dengan hati, dengan lisan dan dengan perbuatan semua terangkum dalam salat, sehingga pengaplikasian redaksi "fashalli" pun dianggap lebih sempurna. Dengan kata lain shalat adalah bentuk syukur yang paripurna.


Sekarang kita kerucutkan, bahwa perintah melaksanakan shalat ‘Idul Adha dan berkurban adalah perintah untuk bersyukur, dan menunaikan keduanya adalah bersyukur, dan bersyukur dapat menghindarkan dari bencana. Kongklusinya, melaksanakan shalat ‘Idul Adha dan berkurban dapat menghindarkan dari bencana. Berikut beberapa ayat yang menjelaskan bahwa bersyukur dapat menghindarkan dari bencana :"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. . .” (QS. Ibrahim : 7)


Tak diragukan bahwa kemakmuran, keamanan dan keselamatan adalah kenikmatan. Jika Indonesia dalam keadaan makmur maka Allah akan menambahkan kemakmuran itu. Jika dalam keadaan aman dan selamat maka Allah akan menambahkan keamanan dan keselamatan itu. Jika dalam keadan tidak makmur maka Allah akan memakmurkannya. Jika dalam keadaan tidak aman dan hendak celaka maka Allah akan segera mengamankan dan menyelamatkanya. Firman yang lain mengatakan :
"Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui"(QS.An-Nisa':147)


Karena itu, momentum ‘Idul Adha kali ini merupakan kesempatan emas untuk bersyukur secara masal dan maksimal. Tentu dengan harapan, Indonesia akan segera terhindar dari berbagai macam bencana. Baik bencana alam maupun bencana global.

Yang perlu dicatat, meskipun ritual shalat ‘Idul Adha dan kurban yang merupakan manifestasi dari bersyukur itu terjadi hanya sekali dalam setahun, namun bukan berarti bersyukur secara masal terkhusus pada waktu tersebut. Bahkan yang lebih esensial adalah pesan yang terkandung di dalamnya yaitu agar umat manusia senantiasa bersyukur kapan pun dan dalam keadaan apa pun. Selamat hari raya ‘Idul Adha 1432 Hijriah.


Lainnya:

0 comments

Post a Comment

Popular Posts